Senin, 30 Mei 2011
Kamis, 17 Februari 2011
Manajemen perjalan
Management Perjalanan
Persiapan
Untuk merencanakan suatu Perjalanan ke alam bebas Harus ada persiapan dan penyusunan secara matang. ada rumusan yang umum digunakan yaitu 4W & 1 H, yang kepanjangannya adalah Where, Who, Why, When dan How.
Berikut ini aplikasi dari rumusan tersebut:
Where (Dimana), untuk melakukan suatu Kegiatan alam kita harus mengetahui dimana yang akan kita digunakan, Contoh: Tlogo Dlingo-Gondosuli-Tawangmangu.
Who (Siapa), apakah anda akan melakukan Kegiatan alam tersebut sendiri atau dengan berkelompok.
Contoh: Satu Kelompok ( 25 Personil) Terdiri dari 20 Orang anggota Penuh (panitia) dan 5 Orang anggota muda (peserta).
Why (Mengapa), ini adalah pertanyaan yang cukup panjang jawabannya dan bisa bermacam-macam
Contoh : Untuk melakukan DIKLATSAR KE I dan pelantikan Anggota penuh MOSART
When (Kapan) waktu pelaksanaan Kegiatan tersebut, berapa lama?.
Contoh: 01 Februari 2011 sampai dengan 03 Februari 2011
Dari pertanyaan-pertanyaan 4 W, maka didapat suatu
gambaran sebagai berikut:
pada tanggal 01-03 Februari 2011 akan diadakan DIKLATSAR I ,yang akan dilaksanakan oleh 20 panitia dan diikuti 5 orang peserta yang inggin dilantik menjadi anggota penuh MOSART.
Tempat yang digunakan untuk DIKLATSAR tsb yaitu Tlogo Dlingo-Tawangmangu. Untuk How/Bagaimana merupakan suatu pembahasan yang lebih komprehensif dari jawaban pertanyaan diatas ulasannya adalah sebagai berikut :
• Bagaimana kondisi Tempat
• Bagaimana cuaca disana
• Bagaimana perizinannya
• Bagaimana mendapatkan air
• Bagaimana pengaturan tugas panitia
• Bagaimana Acara DIKLATSAR berlangsung
• Bagaimana materi yang disampaikan
• dan masih banyak Bagaimana ? (silahkan anda dapat mengembangkannya lagi)
Dari Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul itulah kita dapat menyusun Rencana Kegiatan yang didalamnya mencakup rincian :
1. Pemilihan medan, dengan memperhitungkan lokasi basecamp panitia, pembagian waktu dan sebagainya.
2. Pengurusan perizinan
3. Pembagian tugas panitia
4. Persiapan kebutuhan acara
5. kebutuhan peralatan dan perlengkapan
6. dan lain sebagainya.
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah anda akan mendapatkan point-point bagi kalkulasi biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut.
Senin, 14 Februari 2011
Kamis, 10 Februari 2011
Seputar gunung
GUNUNG MERAPI (2.959m)
Merapi berasal dari dua kata "meru" yang artinya gunung, dan "api" yang berarti gunung berapi. Merapi adalah salah satu gunung berapi yang teraktif di dunia. Mendengar nama Merapi akan terbayang sesuatu yang mengerikan, gunung ini masih aktif mengeluarkan asap berbau belerang dan sesekali menyemburkan lahar panas.
Pada tahun 1998, gunung ini pernah menyemburkan asap wedhus gembel yang bisa melepuhkan kulit manusia. Berupa awan panas dan debu dengan suhu 3000 ºC yang meletus hingga ketinggian 3000 meter dari puncaknya. Pada tahun 1994 awan panas telah membunuh 66 orang di lereng sebelah barat daya. Gunung Merapi menjadi idola para pendaki. Perjalanan yang melelahkan dan berliku melintasi bukit-bukit terjal menjadi tantangan tersendiri yang harus mereka taklukkan. Maka, jangan heran kalau gunung tersebut selalu dikunjungi oleh pendaki.
Gunung Merapi dipercaya sebagai tempat keraton makhluk halus. Panembahan Senopati pendiri kerajaan Mataram memperoleh kemenangan dalam perang melawan kerajaan Pajang dengan bantuan penguasa Merapi. Gunung Merapi meletus hingga menewaskan pasukan tentara Pajang, sisanya lari pontang-panting ketakutan. Penduduk yakin bahwa Gunung Merapi selain dihuni oleh manusia juga dihuni oleh Makhluk makhluk lainnya yang mereka sebut sebagai bangsa alus atau makhluk halus.
GUNUNG MERBABU (3.142m)
Gunung Merbabu terletak di jawa tengah dengan ketinggian 3.142M dpl pada puncak Kenteng Songo. Gunung Merbabu berasal dari kata "meru" yang berarti gunung dan "babu" yang berarti wanita. Gunung ini dikenal sebagai gunung tidur meskipun sebenarnya memiliki 5 buah kawah: kawah Condrodimuko, Kombang, Kendang, Rebab, dan Sambernyowo. Terdapat 2 buah puncak yakni puncak Syarif (3119m) dan puncak Kenteng Songo (3142m).
Puncak Gn.Merbabu dapat ditempuh dari Cunthel, Thekelan, (Kopeng / Salatiga) Wekas (Kaponan / Magelang) atau dari selo (Boyolali). Perjalanan akan sangat menarik bila Anda berangkat dari jalur Utara (Wekas, Cunthel, Thekelan) turun kembali lewat jalur selatan (Selo). Pemandangan yang sangat indah dapat disaksikan disepanjang perjalanan tersebut. Banyak terdapat gunung disekitar gunung Merbabu, diantaranya Gn. Merapi, Gn.Telomoyo, Gn.Ungaran. Gunung Merbabu ini membentuk garis deretan gunung berapi ke arah utara Merapi - Merbabu - Telomoyo - Ungaran.
GUNUNG LAWU (3.265m)
Gunung Lawu terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Puncak tertinggi gunung Lawu (Puncak Argo Dumilah) berada pada ketingggian 3.265 m dpl. Kompleks Gunung Lawu ini memiliki luas 400 KM2 dengan Kawah Candradimuka yang masih sering mengeluarkan uap air panas dan bau belerang. Terdapat dua buah Kawah tua di dekat puncak Gunung Lawu yakni Kawah Telaga Kuning and Kawah Telaga Lembung Selayur.
Banyak sekali tempat-tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat sehingga tidak hanya anak muda, tetapi banyak orang tua yang mendaki gunung Lawu untuk berjiarah. Masyarakat Jawa percaya bahwa puncak gunung Lawu dahulunya adalah merupakan kerajaan yang pertama kali di pulau Jawa. Gunung Lawu ini sangat berarti bagi Masyarakat Jawa terutama mereka yang masih percaya dengan Dunia Gaib. Pernah suatu ketika tempat-tempat keramat di Gunung Lawu ini diobrak-abrik oleh orang-orang yang tidak menyukainya, namun mereka mengalami celaka bahkan mati mengenaskan. Untuk itu bagi para pendaki yang tidak percaya dengan tempat-tempat keramat di gunung Lawu, harap tetap menghargai kepercayaan masyarakat setempat, agar terhindar dari malapetaka.
Terdapat banyak tempat wisata disekitar gunung Lawu seperti Telaga Sarangan, Air Terjun Grojogan Sewu, Tawangmanu, Candi Sukuh, Sangiran, Kraton Solo.
GUNUNG SUNDORO (3.136m)
Pendakian Anda akan lebih menyenangkan jika bertepatan dengan tahun baru jawa tanggal 1 Syuro . Karena masyarakat sedang mengadakan upacara selamatan. memperingati tahun baru jawa. Upacara dan sesaji itu sangat menarik dan tidak bisa bisa Anda lihat di daerah lain. Banyak pejiarah menuju ke tempat leluhur mereka kyai Santri. Bagi pendaki dilarang untuk mendaki pada hari jawa "wage" juga pantangan mendaki juga berlaku pada hari Selasa Kliwon. Larangan mendaki bagi wanita yang sedang datang bulan dan dilarang mengenakan pakaian warna merah.
Untuk mendaki Gn. Sundoro bisa ditempuh melalui dua rute yakni lewat Kledung dan Sigedang, wilayah Temanggung dan Wonosobo, Jawa Tengah. Dari kota Yogya naik Bus ke Magelang disambung bus ke Temanggung atau Wonosobo.
GUNUNG SUMBING (3.371m)
Gunung Sumbing adalah gunung tertinggi ke dua di Jawa Tengah dengan ketinggian mencapai 3.371 meter di atas permukaan laut. Gunung ini berhadapan dengan Gn.Sundoro yang dikenal sebagai gunung kembar. Jalan menuju ke puncak pun terjal dan penuh liku. Sebuah petualangan yang sangat menarik dan menakjubkan.
Seperti halnya gunung-gunung di Jawa lainnya, setiap tanggal 1 Suro (tahun baru Jawa) dan tanggal 21 Poso (bulan Jawa), sudah menjadi tradisi masyarakat setempat untuk melakukan jiarah ke puncak Gn. Sumbing. Di mana terdapat makan Ki Ageng Makukuh. Menurut kepercayaan penduduk setempat agar selamat dan terhindar dari mara bahaya, anak-anak dibiarkan berambut Gimbal. Masyarakat lereng Gn.Sumbing sangat menyukai kesenian tradisional seperti Kethoprak, Kuda Lumping atau Jathilan, kesenian ini sering dipentaskan di setiap desa.
Pendaki harus benar-benar menghormati kebiasaan penduduk lereng gunung Sumbing, banyak pantangan yang harus diperhatikan diantaranya tidak merusak tanaman, tidak mengganggu kebun penduduk, tidak membuang sampah, berhati-hati jika menyalakan api karena rawan kebakaran, berlaku sopan, tidak sombong, ramah bila berjumpa penduduk, tidak mengeluh, dan tidak buang air di sembarang tempat.
GUNUNG SEMERU (3.676m)
Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dan merupakan gunung berapi tertinggi ke-tiga di Indonesia. Gunung Semeru terletak di pegunungan Tengger dan bertetangga dengan Gunung Bromo. Gunung ini menyuguhkan pemandangan yang sangat menarik bagi para pendaki, yaitu letusan vulkanis setiap 10 menit yang menyembur dari kawah Jonggring Saloko. Selain itu dipertengahan jalur pendakian terdapat danau Ranu Kumbolo dengan luas sekitar 5 Ha menyiratkan kesan tersendiri bagi pendaki Semeru. Selain pemandangannya yang indah, para pendaki juga bisa memancing disini yang ikannya bisa dijadikan santapan malam yang lezat.
GUNUNG RAUNG (3.328m)
Gunung Raung adalah sebuah gunung yang besar dan unik, yang berbeda dari ciri gunung pada umumnva di pulau Jawa ini. Keunikan dari Puncak Gunung Raung adalah kalderanya yang sekitar 500 meter dalamnya, selalu berasap dan sering menyemburkan api. G. Raung termasuk gunung tua dengan kaldera di puncaknya dan dikitari oleh banyak puncak kecil, menjadikan pemandangannya benar-benar menakjubkan.
Puncak G. Raung ini berada pada ketinggian 3.332 m dari permukaan laut dan sering bertiup angin kencang. Sesungguhnya masih ada puncak yang lebih tinggi lagi, namun kita tidak dapat mendaki ke sana, sebab selain tidak ada jalan juga hutannya masih terlalu lebat.
Gunung Raung adalah sebuah gunung yang besar dan unik, yang berbeda dari ciri gunung pada umumnva di pulau Jawa ini. Keunikan dari Puncak Gunung Raung adalah kalderanya yang sekitar 500 meter dalamnya, selalu berasap dan sering menyemburkan api. G. Raung termasuk gunung tua dengan kaldera di puncaknya dan dikitari oleh banyak puncak kecil, menjadikan pemandangannya benar-benar menakjubkan.
Puncak G. Raung ini berada pada ketinggian 3.332 m dari permukaan laut dan sering bertiup angin kencang. Sesungguhnya masih ada puncak yang lebih tinggi lagi, namun kita tidak dapat mendaki ke sana, sebab selain tidak ada jalan juga hutannya masih terlalu lebat.
GUNUNG SLAMET (3.432m)
Gunung Slamet adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah dan merupakan gunung tertinggi kedua di P. Jawa dengan ketinggian 3.432m. Pada masa penjelajahan dunia yang pertama Sir Frances Drake ketika melihat Gunung Slamet, segera mengarahkan perahunya dan berlabuh di Cilacap.
Gn. Slamet dapat didaki melalu 3 jalur, lewat jalur sebelah Barat Kaliwadas, lewat jalur sebelah selatan Batu Raden dan lewat jalur sebelah timur Bambangan. Dari ketiga jalur tersebut yang terdekat adalah lewat Bambangan, selain pemandangannya indah juga banyaknya kera liar yang dapat ditemui dalam perjalanan menuju ke puncak slamet.
Letusan yang pernah tercatat yakni tahun 2000, 1989, 1988, 1974?, 1973, 1969, 1967, 1966, 1960-61, 1958, 1958, 1957, 1955, 1953, 1951-52, 1951, 1948, 1944, 1943-44, 1943?, 1940, 1939, 1939, 1937, 1934?, 1933, 1932, 1930, 1929, 1928, 1927, 1926, 1923, 1904, 1890, 1885, 1875, 1875, 1860, 1849, 1835, 1825, 1772.
Gunung Slamet adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah dan merupakan gunung tertinggi kedua di P. Jawa dengan ketinggian 3.432m. Pada masa penjelajahan dunia yang pertama Sir Frances Drake ketika melihat Gunung Slamet, segera mengarahkan perahunya dan berlabuh di Cilacap.
Gn. Slamet dapat didaki melalu 3 jalur, lewat jalur sebelah Barat Kaliwadas, lewat jalur sebelah selatan Batu Raden dan lewat jalur sebelah timur Bambangan. Dari ketiga jalur tersebut yang terdekat adalah lewat Bambangan, selain pemandangannya indah juga banyaknya kera liar yang dapat ditemui dalam perjalanan menuju ke puncak slamet.
Letusan yang pernah tercatat yakni tahun 2000, 1989, 1988, 1974?, 1973, 1969, 1967, 1966, 1960-61, 1958, 1958, 1957, 1955, 1953, 1951-52, 1951, 1948, 1944, 1943-44, 1943?, 1940, 1939, 1939, 1937, 1934?, 1933, 1932, 1930, 1929, 1928, 1927, 1926, 1923, 1904, 1890, 1885, 1875, 1875, 1860, 1849, 1835, 1825, 1772.
GUNUNG RINJANI (3.726m)
Gunung Rinjani adalah gunung tertinggi ke dua di Indonesia di luar pegunungan Irian Jaya. Gunung Rinjani masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, dengan luas taman sekitar 40.000 hektar. Dikelilingi oleh hutan dan semak belukar seluas 76.000 hektar.
Gunung Rinjani memiliki kawah dengan lebar sekitar 10 km, terdapat danau kawah yang disebut danau Segara Anak dengan kedalaman sekitar 230m. Air yang mengalir dari danau ini membentuk air terjun yang sangat indah, mengalir melewati jurang yang curam. Danau Segara Anak ini banyak terdapat ikan mas dan mujair, sehingga sering digunakan untuk memancing. Dengan warna airnya yang membiru, danau ini bagaikan anak lautan, karena itulah disebut "Segara Anak".
GUNUNG KERINCI (3.805m)
Gunung Kerinci adalah puncak tertinggi di Sumatera dan merupakan gunung aktif tertinggi di Indonesia dengan tinggi 3.805 m dari permukaan laut. Gunung ini merupakan bagian dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Cekungan kawahnya dari sisi ke sisi berukuran 600 x 100 meter persegi dengan daerah lava aktif yang berwarna hijau kekuning kuningan 120 x 100 meter persegi.
Puncak gunung ini sangat sering tertutup kabut sehingga agak sulit dilihat dari kejauhan. Suhu udara di daerah puncak berkisar antara 5-10 derajat celcius, bahkan dapat mencapai di bawah 0 derajat celcius pada musim kemarau.
Untuk mencapai puncak Gunung Kerinci dari Desa Kersik Tuo dengan waktu tempuh 10-12 jam yang telah ada jalur pendakian berupa jalan setapak, dilengkapi papan keterangan dan interpretasi di beberapa lokasi. Desa Kersik Tuo berada sekitar 49 kilometer sebelah utara ibukota Kabupaten Kerinci, Sungai Penuh. Waktu tempuh dari Sungai Penuh dengan kendaraan umum sekitar satu jam.
Gunung Kerinci adalah puncak tertinggi di Sumatera dan merupakan gunung aktif tertinggi di Indonesia dengan tinggi 3.805 m dari permukaan laut. Gunung ini merupakan bagian dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Cekungan kawahnya dari sisi ke sisi berukuran 600 x 100 meter persegi dengan daerah lava aktif yang berwarna hijau kekuning kuningan 120 x 100 meter persegi.
Puncak gunung ini sangat sering tertutup kabut sehingga agak sulit dilihat dari kejauhan. Suhu udara di daerah puncak berkisar antara 5-10 derajat celcius, bahkan dapat mencapai di bawah 0 derajat celcius pada musim kemarau.
Untuk mencapai puncak Gunung Kerinci dari Desa Kersik Tuo dengan waktu tempuh 10-12 jam yang telah ada jalur pendakian berupa jalan setapak, dilengkapi papan keterangan dan interpretasi di beberapa lokasi. Desa Kersik Tuo berada sekitar 49 kilometer sebelah utara ibukota Kabupaten Kerinci, Sungai Penuh. Waktu tempuh dari Sungai Penuh dengan kendaraan umum sekitar satu jam.
Selasa, 08 Februari 2011
Kamis, 03 Februari 2011
kemana perginya MEREKA
Dalam bayangan orang gunung sering dianggap memiliki hutan yang lebat dan dihuni oleh berbagai satwa liar. Namun dalam kenyataannya tidak semua gunung memiliki hutan, terutama gunung-gunung di Jawa Tengah, puncaknya sudah gundul dan di lerengnya sering terjadi kebakaran hutan. Hutan-hutan di kaki gunung sudah berubah menjadi ladang sayuran atau perkebunan
Monyet yang dahulu banyak dijumpai di daerah pedesaan yang masih berhutan sehingga dianggap sebagai hama tanaman, kini bahkan sudah jarang sekali dapat ditemukan di hutan-hutan di gunung.
Burung-burung yang dulu suka menyerbu persawahan penduduk, sehingga mudah di temukan di pedesaan bahkan di perkotaan, kini juga sangat langka bisa dijumpai di hutan-hutan di gunung.
Babi hutan yang sering mengganggu tanaman penduduk di pedesaan sudah jarang bisa ditemukan. Yang lebih mengherankan lagi ternyata kita tidak menemukan satwa-satwa ketika mendaki gunung. Kemana gerangan hilangnya satwa-satwa yang seharusnya mudah ditemukan karena dahulu populasinya sangat banyak sehingga menjadi hama tanaman penduduk. Mungkinkah suatu saat nanti binatang yang dahulu dianggap hama, bisa menjadi satwa langka?
Bagaimana dengan nasib satwa-satwa yang lain seperti rusa yang semakin langka bisa dijumpai di hutan di gunung. Burung Merak dan Ayam hutan juga sudah langka bisa ditemukan di hutan. Macan tutul pun sudah hampir punah mengikuti saudaranya yakni harimau jawa dan harimau bali yang sudah punah terlebih dahulu.
kode etik pala
KODE ETIK PECINTA ALAM
Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
Pecinta Alam Indonesia adalah bagian dari masyarakat Indonesia, sadar akan tanggung jawab kepada Tuhan, Bangsa, dan Tanah Air
Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa Pecinta Alam adalah sebagian dari makhluk yang mencintai alam sebagai anugerah Yang Maha Kuasa
Pecinta Alam Indonesia adalah bagian dari masyarakat Indonesia, sadar akan tanggung jawab kepada Tuhan, Bangsa, dan Tanah Air
Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa Pecinta Alam adalah sebagian dari makhluk yang mencintai alam sebagai anugerah Yang Maha Kuasa
Sesuai dengan hakekat diatas, kami dengan kesadaran menyatakan :
1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam sesuai dengan kebutuhannya.
3. Mengabdi kepada Bangsa dan Tanah air.
4. Menghormati Tata Kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta menghargai manusia dan kerabatnya.
5. Berusaha mempererat tali persaudaraan antara Pecinta Alam sesuai dengan Azas Pecinta Alam.
6. Berusaha saling membantu serta menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, Bangsa dan Tanah air.
7. Selesai.
2. Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam sesuai dengan kebutuhannya.
3. Mengabdi kepada Bangsa dan Tanah air.
4. Menghormati Tata Kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta menghargai manusia dan kerabatnya.
5. Berusaha mempererat tali persaudaraan antara Pecinta Alam sesuai dengan Azas Pecinta Alam.
6. Berusaha saling membantu serta menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, Bangsa dan Tanah air.
7. Selesai.
sekilas tentang merapi
Gunung Merapi memiliki ketinggian 2.968 m (9.737 kaki) di atas permukaan laut berada di koordinat 7°32’30″ LS 110°26’30″ BT perbatasan DIY dengan Jawa Tengah. Gunung ini menjadi daya tarik peneliti di dunia karena merupakan gunung paling aktif dan sering meletus. Tidak itu saja, tapi juga memiliki kekhasan tiap letusan yaitu menyemburkan awan wedhus gembel.
Gunung ini tergolong yang termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau Jawa. Gunung ini terletak di zona subduksi, dimana Lempeng Indo-Australia terus bergerak ke bawah Lempeng Eurasia.
Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu, dan sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu, letusannya menjadi eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah lava.
Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar antara lain di tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930.Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan Mataram Kuno harus berpindah ke Jawa Timur. Letusannya di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1.400 orang.
Letusan pada November 1994 menghembuskan awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban puluhan jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan letusan terakhir gunung ini adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus.
Gunung Merapi merupakan obyek pendakian yang populer, karena merupakan gunung yang sangat mempesona. Jalur pendakian yang paling umum dan dekat adalah melalui sisi utara dari Sèlo, satu kecamatan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, yang terletak di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pendakian melalui Selo memakan waktu rata-rata 5 jam hingga ke puncak.Jalur populer lain adalah melalui Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta di sisi selatan. Jalur ini lebih terjal dan memakan waktu sekitar 6-7 jam hingga ke puncak. Jalur alternatif yang lain adalah melalui sisi barat laut, dimulai dari Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan melalui sisi tenggara, dari arah Deles, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Pada 15 Mei 2006 Merapi meletus lagi. Lalu pada 4 Juni, dilaporkan bahwa aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas. Kepala BPPTK Daerah Istimewa Yogyakarta, menjelaskan bahwa sekitar 2-4 Juni volume lava di kubah Merapi sudah mencapai 4 juta meter kubik – artinya lava telah memenuhi seluruh kapasitas kubah Merapi sehingga tambahan semburan lava terbaru akan langsung keluar dari kubah Merapi.
Tanggal 1 Juni 2006, hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Muntilan sekitar 14 kilometer dari Puncak Merapi, paling merasakan hujan abu ini.
8 Juni 2006, Gunung Merapi pada pukul 09:03 WIB meletus dengan semburan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri ke tempat aman.Tanggal 1 Juni 2006, hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Muntilan sekitar 14 kilometer dari Puncak Merapi, paling merasakan hujan abu ini.
Semburan awan panas sejauh 5 km lebih mengarah ke hulu Kali Gendol (lereng selatan) dan menghanguskan sebagian kawasan hutan di utara Kaliadem di wilayah Kabupaten Sleman. Awan panas ini sering disebut wedhus gembel karena kepulan asap panas berbahaya itu mirip seperti bulu kambing gibas warna putih keabuan.
26 Oktober 2010 , Gunung Merapi memasuki tahap erupsi. Menurut laporan BPPTKA, letusan terjadi sekitar pukul 17.02 WIB. Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan diiringi keluarnya awan panas setinggi 1,5 meter yang mengarah ke Kaliadem, Kepuharjo. Letusan ini menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km.Hingga kini korban tewas dilaporkan 15 orang namun demikian jumlah ini akan terus bertambah seiring penemuan oleh tim dalam evakuasi korban. Letusan kali ini juga menyemburkan awan panas wedhus gembel yang bersuhu sekitar 600 derajat celcius.
Dilihat dari Boyolali, gunung Merapi dan Merbabu tampak seperti gunung kembar kiri kanan yang sering mengilhami pelukis atau anak anak saat belajar menggambar sebagaimana buku buku pelajaran terdahulu.
Bila pagi cerah, tampak indah pemandangan dua gunung ini dilihat dari Boyolali dengan menampakkan kelok kelok jurang dan bukit serta pepohonan hijau yang sungguh memukau. Hewan-hewan di gunung Merapi (aktif) dan Marbabu (tidak aktif) masih ada antara lain rusa, kancil, babi hutan, monyet, ayam hutan dan berbagai jenis burung.
Hewan hewan ini akan turun gunung ke desa-desa bila gunung akan meletus. Warga setempat sudah mengetahui tanda tanda alam ini karena tinggal di desa desa gunung sejak turun temurun.
Minggu, 30 Januari 2011
DAFTAR CHECKLIST PERLENGKAPAN KEGIATAN MENDAKI GUNUNG
DAFTAR CHECKLIST PERLENGKAPAN KEGIATAN MENDAKI GUNUNG
A. Perlengkapan Utama
- Sepatu dan kaus kaki.
- Ransel (frame pack, ukuran besar, 30 – 60 liter).
- One day pack (ransel/tas kecil untuk mobilitas jarak pendek).
- Senter dan batere dan bolam ekstra.
- Ponco atau raincoat.
- Matras.
- Sleeping bag (atau sarung kalau tidak punya).
- Topi rimba.
- Tempat minum atau veples.
- Korek api dalam wadah waterproof (tempat film) dan lilin.
- Obat-obatan pribadi (P3K set).
- Pisau saku.
- Kompor untuk masak (kompor parafin dan parafin atau kompor tahu dan minyak tanah atau kompor gas dan tabung elpiji).
- Nesting dan sendok dan cangkir.
- Peluit (bagus: peluit SOS atau whistle).
- Survival Kit).
- Peta dan kompas.
- Altimeter (kalau punya).
- Tenda (bisa diganti ponco atau lembaran kain parasut untuk dijadikan bivak).
- Parang tebas dan batu asah.
- Tissue gulung (untuk membersihkan perangkat makan-minum bila tidak ada air, dan alat bersih diri habis buang air besar).
- Sandal jepit.
- Gaiter (untuk pendakian di daerah yang banyak pasirnya).
- Kaus tangan.
- Personal higiene: sikat gigi, odol, sabun mandi, shampo (untuk membersihkan diri saat di desa terakhir, atau saat dalam perjalanan bertemu dengan sungai yang bisa untuk bersih-bersih diri).
- Tali plastik (sekitar 10 meter, untuk membuat bivak atau tenda) dan tali rafia.
B. Pakaian
- Pakaian dalam.
- Celana pendek.
- Celana panjang.
- Kaos/t-shirt.
- Sweater atau parka.
- Jaket (tahan air).
- Sarung.
- Kerpus atau balaclava.
- Scarf atau slayer.
- Hem lengan panjang.
- Pakaian ganti: kaus kaki, kaos, sweater, pakaian dalam.
- Kaus tangan.
- Jas hujan (raincoat atau ponco).
C. First Aid Kit
- Betadine.
- Kapas.
- Kain kassa.
- Perban.
- Rivanol.
- Alkohol 70%.
- Obat alergi: CTM.
- Obat maag.
- Tensoplast (agak banyak, mis: 4 pack, terutama untuk preventif ‘blister’ yang dikenakan sebelum perjalanan dilakukan).
- Parasetamol.
- Antalgin.
- Obat sakit perut (diare): Norit, Diatab
- Obat keracunan: Norit.
- Sunburn preventif: Nivea atau Sunblock
- Oralit (agak banyak, untuk mengganti cairan tubuh yang hilang; kalau tidak ada bisa diganti larutan gula-garam).
D. Survival Kit
- Kaca cermin.
- Peniti.
- Jarum jahit.
- Benang nilon.
- Mata pancing dan senar pancing.
- Silet atau cutter.
- Korek api dalam wadah water proof dan lilin.
E. Lain-Lain
- KTP atau Kartu Pelajar
- Uang
- Buku catatan perjalanan (jurnal, diary) dan bolpen.
- Kamera dan film (sekarang: kamera digital dan batere cadangan).
- Radio kecil dan batere cadangan.
- Alat komunikasi (HT, sekarang: HP).
- Harmonika.
- Buku puisi Chairil Anwar.
- Buku puisi Khalil Gibran.
Jumat, 28 Januari 2011
Aksi Menyelamatkan Bumi dari Kehancuran
Ancaman global warming (pemanasan global) yang disebabkan oleh berbagai kerusakan, pencemaran, dan efek rumah kaca yang dianggap sebagai era dimulainya kehancuran bumi dan akhir dari sebuah kontinuitas / keberlangsungan hidup manusia di muka bumi ini menjadi topik menarik yang terus digulirkan para ilmuwan dan tampaknya menjadi ancaman yang sangat serius bagi masa depan anak cucu kita di bumi ini pada masa yang akan datang, isu global warming hingar bingar saat ini dibicarakan oleh para ilmuwan, pejabat negara, pengusaha sampai masyarakat umum di berbagai belahan dunia. Ancaman ini bukanlah sebuah ancaman kosong yang digulirkan tanpa terlebih dahulu melalui suatu analisa teoritis dan fakta-fakta pembuktian secara ilmiah yang mendalam dan cermat. Pencairan es beberapa persen area di kutub, suhu bumi yang semakin meningkat, tingkat gas rumah kaca yang tinggi, dan berbagai fakta lainnya menjadi bukti kuat akan isu ini. beberapa ilmuwan malah menduga dan berteori bahwa beberapa dari sekian banyaknya bencana alam yang terjadi saat ini diakibatkan ancaman global warming ini dan tanda telah dimulainya era kehancuran bumi, sebut saja angin topan dahsyat, gempa bumi, dll adalah indikator-indikator kuat akan permasalahan ini. Jika kita tidak bertindak dan peduli sekarang maka anak cucu kita nantilah yang akan mengalami dampak langsung dari zaman kehancuran itu. Berikut ini adalah beberapa tip yang dikirimkan oleh Wahyuadi dari milis email ubb, sebagai salah satu usaha kita untuk peduli pada nasib bumi di masa yang akan datang dan menanggulangi ancaman global warming. A I R
LISTRIK
KOMPUTER
A C
H P
KERTAS
|
Rabu, 26 Januari 2011
Mountaineering (Gunung hutan)
Mountaineering (Gunung hutan)
Mountaineering mempunyai macam-macam jenis, mulai mendaki gunung (mountain hiking), memanjat tebing, (rock climbing), juga memanjat es atau lebih dikenal “ice climbing dan snow climbing”
Akan tetapi yang kita bahas disini tentang mendaki gunung,Berita duka datang silih berganti. Banyak rekan-rekan pendaki mengalami musibah maut dalam kegiatan alam bebas ini. Orang mungkin bisa saja mengatakan itu adalah ‘takdir’. Ya…itu memang sudah kehendak Yang Maha Kuasa, tapi manusia juga ikut menentukan takdirnya sendiri. Adakah yang salah?
Bila kita perhatikan gejala para pendaki lokal (memang tidak semuanya), mereka melakukan pendakian lebih banyak mengandalkan tenaga dan keberanian atau bisa dibilang nekat. Padahal dalam melakukan pendakian banyak hal yang perlu diperhatikan.
Itulah mengapa ada yang dinamakan Manajemen Perjalanan/Pendakian. Segala sesuatunya harus diatur dan dianalisa. Walupun kita hanya melakukan pendakian biasa bukan sebuah expedisi. Namun Manajemen Perjalanan harus tetap diterapkan. Bahkan hal-hal kecilpun harus dipikirkan.
Bila saja para pendaki memahami dasar-dasar manajemen perjalanan, maka akan semakin meminimalkal musibah dan korban kegiatan alam bebas ini. Kebanyakan korban yang jatuh akibat bahaya subjektif (dari diri sendiri). Ini disebabkan kurangnya pemahaman tentang Manajemen Perjalanan dan teknik hidup di alam bebas.
Dan satu hal yang juga penting adalah menjaga ahlak kita, bagaimana kita bersikap terhadap alam, karena kadang faktor ‘X’ pun bisa menjadi sebabnya.
PERSIAPAN MENDAKI GUNUNG
Persiapan umum yang harus dimiliki seorang pendaki sebelum mulai naik gunung antara lain :
Membawa alat navigasi berupa peta lokasi pendakian, peta, altimeter [Alat pengukur ketinggian suatu tempat dari permukaan laut, atau kompas. Untuk itu, seorang pendaki harus paham bagaimana membaca peta dan melakukan orientasi. Jangan sekali-sekali mendaki bila dalam rombongan tidak ada yang berpengalaman mendaki dan berpengetahuan mendalam tentang navigasi.
Pastikan kondisi tubuh sehat dan kuat. Berolahragalah seperti lari atau berenang secara rutin sebelum mendaki.
Bawalah peralatan pendakian yang sesuai. Misalnya jaket anti air atau ponco, pisahkan pakaian untuk berkemah yang selalu harus kering dengan baju perjalanan, sepatu karet atau boot (jangan bersendal), senter dan baterai secukupnya, tenda, kantung tidur, matras.
Hitunglah lama perjalanan untuk menyesuaikan kebutuhan logistik. Berapa banyak harus membawa beras, bahan bakar, lauk pauk, dan piring serta gelas. Bawalah wadah air yang harus selalu terisi sepanjang perjalanan.
Bawalah peralatan medis, seperti obat merah, perban, dan obat-obat khusus bagi penderita penyakit tertentu.
Jangan malu untuk belajar dan berdiskusi dengan kelompok pencinta alam yang kini telah tersebar di sekolah menengah atau universitas-universitas.
Ukurlah kemampuan diri. Bila tidak sanggup meneruskan perjalanan, jangan ragu untuk kembali pulang.
BAHAYA DI PEGUNUNGAN
Bahaya di pegunungan dibedakan menjadi :
Bahaya subyektif, disebabkan oleh orang yang mendaki gunung sendiri.
Bahaya obyektif, disebabkan oleh gunung atau lapangan/alam itu sendiri.
Dalam praktek tidak mungkin mengadakan perbedaan eksas (pasti), karena banyak terjadi bahaya yang obyektif dibandingkan dengan bahaya subyektif, apabila orang melakukan kesalahan dan tidak ingat akan bahaya tersebut.
Barangsiapa sebelumnya mengetahui bahaya-bahaya yang obyektif seperti :
1. Kejatuhan batu
2. daerah-daerah yang berbahaya
3. petir
4. kabut
5. udara yang mendadak menjadi buruk
Maka dia akan dapat menghindari (tidak tentu) bahaya-bahaya tersebut.
Barangsiapa pada waktu akan terjadi bahaya, dengan cepat dan dengan cara yang benar menghindarkan diri dari bahaya-bahaya tersebut, ada harapan untuk hidup lama di pegunungan.
Bahaya-bahaya yang subyektif seperti :
keadaan atau lemah badan dari orang yang akan mendaki
pengetahuan dan pengalaman yang kurang merupakan unsur-unsur yang lebih rumit.
Dorongan hati untuk pegang peranan dan penyakit ingin dihormati oleh sesama orang, untuk menggantikan prestasi orang lain, membuat orang menjadi buta dan akan memiliki nasib yang tidak baik dipegunungan. Orang yang menderita tekanan jiwa, tidak boleh mendaki gunung. Perjalanan ke gunung yang sunyi dapat menimbulkan keajaiban.
Batu yang jatuh dari gunung, merupakan ancaman bahaya besar.
Hembusan angin yang kuat, hujan angin, menyebabkan batu-batu tersebut berjatuhan. Juga orang dan binatang, dapat menyebabkan batu-batu berjatuhan.
Pada masa sekarang ini dimana banyak perjalanan dilakukan di pegunungan, batu-batu yang berjatuhan, disebabkan oleh pendaki gunung yang kurang hati-hati, merupakan salah satu bahaya yang terpenting di pegunungan.
Pada batu karang yang banyak mengandung batu-batu lepas, merupakan bahaya yang lebih besar dari pada batu karang yang mengandung batu-batu tetap. Puing-puing yang banyak pada batu karang dan parit-parit yang sempit serta dalam, merupakan saksi dari batu-batu yang jatuh. Karena batu-batu yang jatuh itu disebabkan oleh belahan, parit-parit yang sempit dan dalam di tempat-tempat dan dalam di tempat-tempat tertentu, maka di tempat tersebut terjadilah bahaya yang lebih besar.
HAL-HAL PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN
1. THE GROUP “KELOMPOK”
Dalam mountaineering kelompok adalah hal yang sangat penting agar para pendaki dapat saling membantu sehingga perjalanan lebih aman
2. THE LEADER “PEMIMPIN”
Pemimpin harus mempunyai pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan mendaki gunung. Namun yang lebih penting adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan anak buahnya, peka terhadap perasaan, keperluan serta keterbatasan mereka, dan dapat memberi semangat, inspirasi, pula dapat mengarahkan kelompoknya untuk mencapai apa yang telah disepakati
3. THE PARTS AND THE STRENGTH “KEMAMPUAN DAN KELOMPOK”
Buat perjalanan itu menyenangkan sekalipun dalam keadaan lelah. Perjalanan yang baik akan lebuh banyak menyimpan kenangan, sedangkan perjalanan yang membosankan, melelahkan, serta tidak memperoleh pengalaman tidak meninggalkan kesan akan menjadikan seseorang enggan di dunia ini dan akan mencari pengalaman di tempat lain
4. THE TRIP “PERJALANAN”
Perhatikan rute yang dipilih, waktu, tempat, personil, serta semangat dari anggota. Harus terencana dengan baik!
5. THE MARGIN OF SAVETY “KESELAMATAN”
Dalam melaksanakan suatu perjalanan sang pemimpin harus memperhatikan keselamatan dan tindakan penyelamatan selama perjalanan berlangsung. Cadangkanlah waktu, tenaga dan perlengkapan serta makanan sewaktu-waktu dalam keadaan mendesak.
Mountaineering mempunyai macam-macam jenis, mulai mendaki gunung (mountain hiking), memanjat tebing, (rock climbing), juga memanjat es atau lebih dikenal “ice climbing dan snow climbing”
Akan tetapi yang kita bahas disini tentang mendaki gunung,Berita duka datang silih berganti. Banyak rekan-rekan pendaki mengalami musibah maut dalam kegiatan alam bebas ini. Orang mungkin bisa saja mengatakan itu adalah ‘takdir’. Ya…itu memang sudah kehendak Yang Maha Kuasa, tapi manusia juga ikut menentukan takdirnya sendiri. Adakah yang salah?
Bila kita perhatikan gejala para pendaki lokal (memang tidak semuanya), mereka melakukan pendakian lebih banyak mengandalkan tenaga dan keberanian atau bisa dibilang nekat. Padahal dalam melakukan pendakian banyak hal yang perlu diperhatikan.
Itulah mengapa ada yang dinamakan Manajemen Perjalanan/Pendakian. Segala sesuatunya harus diatur dan dianalisa. Walupun kita hanya melakukan pendakian biasa bukan sebuah expedisi. Namun Manajemen Perjalanan harus tetap diterapkan. Bahkan hal-hal kecilpun harus dipikirkan.
Bila saja para pendaki memahami dasar-dasar manajemen perjalanan, maka akan semakin meminimalkal musibah dan korban kegiatan alam bebas ini. Kebanyakan korban yang jatuh akibat bahaya subjektif (dari diri sendiri). Ini disebabkan kurangnya pemahaman tentang Manajemen Perjalanan dan teknik hidup di alam bebas.
Dan satu hal yang juga penting adalah menjaga ahlak kita, bagaimana kita bersikap terhadap alam, karena kadang faktor ‘X’ pun bisa menjadi sebabnya.
PERSIAPAN MENDAKI GUNUNG
Persiapan umum yang harus dimiliki seorang pendaki sebelum mulai naik gunung antara lain :
Membawa alat navigasi berupa peta lokasi pendakian, peta, altimeter [Alat pengukur ketinggian suatu tempat dari permukaan laut, atau kompas. Untuk itu, seorang pendaki harus paham bagaimana membaca peta dan melakukan orientasi. Jangan sekali-sekali mendaki bila dalam rombongan tidak ada yang berpengalaman mendaki dan berpengetahuan mendalam tentang navigasi.
Pastikan kondisi tubuh sehat dan kuat. Berolahragalah seperti lari atau berenang secara rutin sebelum mendaki.
Bawalah peralatan pendakian yang sesuai. Misalnya jaket anti air atau ponco, pisahkan pakaian untuk berkemah yang selalu harus kering dengan baju perjalanan, sepatu karet atau boot (jangan bersendal), senter dan baterai secukupnya, tenda, kantung tidur, matras.
Hitunglah lama perjalanan untuk menyesuaikan kebutuhan logistik. Berapa banyak harus membawa beras, bahan bakar, lauk pauk, dan piring serta gelas. Bawalah wadah air yang harus selalu terisi sepanjang perjalanan.
Bawalah peralatan medis, seperti obat merah, perban, dan obat-obat khusus bagi penderita penyakit tertentu.
Jangan malu untuk belajar dan berdiskusi dengan kelompok pencinta alam yang kini telah tersebar di sekolah menengah atau universitas-universitas.
Ukurlah kemampuan diri. Bila tidak sanggup meneruskan perjalanan, jangan ragu untuk kembali pulang.
BAHAYA DI PEGUNUNGAN
Bahaya di pegunungan dibedakan menjadi :
Bahaya subyektif, disebabkan oleh orang yang mendaki gunung sendiri.
Bahaya obyektif, disebabkan oleh gunung atau lapangan/alam itu sendiri.
Dalam praktek tidak mungkin mengadakan perbedaan eksas (pasti), karena banyak terjadi bahaya yang obyektif dibandingkan dengan bahaya subyektif, apabila orang melakukan kesalahan dan tidak ingat akan bahaya tersebut.
Barangsiapa sebelumnya mengetahui bahaya-bahaya yang obyektif seperti :
1. Kejatuhan batu
2. daerah-daerah yang berbahaya
3. petir
4. kabut
5. udara yang mendadak menjadi buruk
Maka dia akan dapat menghindari (tidak tentu) bahaya-bahaya tersebut.
Barangsiapa pada waktu akan terjadi bahaya, dengan cepat dan dengan cara yang benar menghindarkan diri dari bahaya-bahaya tersebut, ada harapan untuk hidup lama di pegunungan.
Bahaya-bahaya yang subyektif seperti :
keadaan atau lemah badan dari orang yang akan mendaki
pengetahuan dan pengalaman yang kurang merupakan unsur-unsur yang lebih rumit.
Dorongan hati untuk pegang peranan dan penyakit ingin dihormati oleh sesama orang, untuk menggantikan prestasi orang lain, membuat orang menjadi buta dan akan memiliki nasib yang tidak baik dipegunungan. Orang yang menderita tekanan jiwa, tidak boleh mendaki gunung. Perjalanan ke gunung yang sunyi dapat menimbulkan keajaiban.
Batu yang jatuh dari gunung, merupakan ancaman bahaya besar.
Hembusan angin yang kuat, hujan angin, menyebabkan batu-batu tersebut berjatuhan. Juga orang dan binatang, dapat menyebabkan batu-batu berjatuhan.
Pada masa sekarang ini dimana banyak perjalanan dilakukan di pegunungan, batu-batu yang berjatuhan, disebabkan oleh pendaki gunung yang kurang hati-hati, merupakan salah satu bahaya yang terpenting di pegunungan.
Pada batu karang yang banyak mengandung batu-batu lepas, merupakan bahaya yang lebih besar dari pada batu karang yang mengandung batu-batu tetap. Puing-puing yang banyak pada batu karang dan parit-parit yang sempit serta dalam, merupakan saksi dari batu-batu yang jatuh. Karena batu-batu yang jatuh itu disebabkan oleh belahan, parit-parit yang sempit dan dalam di tempat-tempat dan dalam di tempat-tempat tertentu, maka di tempat tersebut terjadilah bahaya yang lebih besar.
HAL-HAL PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN
1. THE GROUP “KELOMPOK”
Dalam mountaineering kelompok adalah hal yang sangat penting agar para pendaki dapat saling membantu sehingga perjalanan lebih aman
2. THE LEADER “PEMIMPIN”
Pemimpin harus mempunyai pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan mendaki gunung. Namun yang lebih penting adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan anak buahnya, peka terhadap perasaan, keperluan serta keterbatasan mereka, dan dapat memberi semangat, inspirasi, pula dapat mengarahkan kelompoknya untuk mencapai apa yang telah disepakati
3. THE PARTS AND THE STRENGTH “KEMAMPUAN DAN KELOMPOK”
Buat perjalanan itu menyenangkan sekalipun dalam keadaan lelah. Perjalanan yang baik akan lebuh banyak menyimpan kenangan, sedangkan perjalanan yang membosankan, melelahkan, serta tidak memperoleh pengalaman tidak meninggalkan kesan akan menjadikan seseorang enggan di dunia ini dan akan mencari pengalaman di tempat lain
4. THE TRIP “PERJALANAN”
Perhatikan rute yang dipilih, waktu, tempat, personil, serta semangat dari anggota. Harus terencana dengan baik!
5. THE MARGIN OF SAVETY “KESELAMATAN”
Dalam melaksanakan suatu perjalanan sang pemimpin harus memperhatikan keselamatan dan tindakan penyelamatan selama perjalanan berlangsung. Cadangkanlah waktu, tenaga dan perlengkapan serta makanan sewaktu-waktu dalam keadaan mendesak.
Selasa, 25 Januari 2011
Langganan:
Postingan (Atom)